Waktu
gue masih anak-anak,-sekitar taon 1973-1975, ada salah satu serial cowboy yang
di tayangin satu-satunya TV Indonesia :TVRI.
Judulnya The Big Valley. Dan
berhubung waktu itu belom punya pilihan tontonan lain, jadi suka ngga suka,
biar masih anak-anak, kita ‘terpaksa’ nonton.
Kenapa
terpaksa ? Karena typical film Barat yang bisa dibilang hampir mustahil tanpa
adegan ‘kissing’ alias ciuman (ya bibir dong, masa lobang idung,..hehe), bikin
gue yang masih kecil ditabukan nonton cium-ciuman. Hehehe,..bokap gue bakal duduk bareng sambil
megang remote, dan langsung me-move on-kan adegan ‘begituan’
(Berhubung sekarang gue udah tua, kalo pas
nonton bareng bokap, gantian guenya yang mindahin saluran TV, buat nyari yang
lebih ‘hot’ dari sekedar ciuman,…wkwkwk)
Dari
banyak adegan film tersebut, ada satu scene yang paling gue doyan liat dan
inget-inget, yakni pemandangan perbukitan yang penuh hutan pinus. Wuihh, keren tenan coy. Dan sampai masa tertentu, gue meyakini kalo
pinus itu bahasa Inggrisnya adalah Ponderosa.
Tapi kelak gue tahu kalau Ponderosa adalah nama pinus: Pinus Ponderosa.
----------------0000---------------
Waktupun
berjalan, dan gue tumbuh besar dan lebar, serta melupakan Ponderosa di film The
Big Valley, hingga gue sadar, kalo gue pernah begitu menyukai pemandangan hutan
Pinus tersebut, sampai gue ditemukan hutan Pinus Soputan di taon 1989. Dejavu ? Ah, gue ngga ngarti begituan. Yang gue ngarti, dan ngga bakal gue lupain
seumur hidup, adalah rangkaian episode yang pernah bergemuruh, bergejolak, dan
menggelegakan hormone-hormon maskulin di sendi-sendi tubuh gue. Berjuta kisah manis pernah kuncup di
sana,-di bawah rerimbunan dan guguran daun Pinus Soputan.
Di
taon 89’an, hutan pinus Soputan belom serame sekarang. Ayam and babi hutan masih sering keliatan
kelayapan bareng anak-anaknya. Dan dulu,
kita belom ‘tersentuh’ hp, apalagi gadget.
Malahan, kalo kebetulan yang mendaki laki semua, ada beberapa ekor yang
cuek kesana kemari cuma pake celana dalem yang side A & Side B. widiiihhh,….au ah.
Mungkin
ngga terlalu berlebihan kalo pinus Soputan juga salah ‘satu organ’ dari rahim
kelahiran MPA Zoox,’ karena ngga sedikit ide dan aktifitas awal beruaya dari
sana. Di antara rongga-rongga mistisnya.
Dalam
dekap dan alunan dawai dedaunannya, pinus Soputan bukan cuma menyimpan berjuta
keanggunan nan seksi, tapi juga kisah sedih, gembira, apalagi cinta. Pinus Soputan juga perpustakaan tanpa buku
yang mencatat pergulatan batin mahluk-mahluk rapuh bernama manusia, dengan
PenciptaNya.
Di
pinus Soputan, gue bareng beberapa temen kerap ‘sepakat’ tanpa kesepakatan
tentang banyak hal. Entah lagu fave,
wanita idola, ato mata kuliah penyebab gangguan pencernaan & radang dompet.
Di
kesenyapan pinus dulu, kita kerap ‘sepakat’ tanpa kesepakatan untuk sama-sama nyanyiin
lagu ‘Biarkanlah’-nya Anang, ‘Maafkan & Terlalu Manis’-nya Slank,
‘Antara Aku, Kau dan Bekas Pacarmu’-nya
Iwan Fals, ‘Right Here Waiting’-nya
Richard Marx, and ‘Tak Bisa Ke Lain Hati
& Tentang Kita’-nya Kla Project. Hehehe, piye toh iki, koq udah mirip
daftar lagu di Gudanglagu.com….
Mungkin
juga itu salah satu keuntungan belum maraknya MP3. Karena kalo sekarang, pastinya udah ngga
heran liat pendaki yang jalan sambil geleng-geleng dan manggut-manggutin kepala
(padahal yang di puter music klasiknya Bethoven).
-----------0000----------
Believe
or not, pinus Soputan seolah mengalirkan energy mistis yang sulit di tepis,
manakala dua mahluk beda kutub menyatu, dan bercengkrama di bawah
pesonanya. Geliat hormon mengkristal
seirama desah dedaunan dan belaian lembut rembulan. Perlahan, jemari saling menggenggam, tubuh
mendekap dalam diam dan kehangatan, hingga akhirnya, berakhir dalam
pagutan-pagutan lembut yang sulit terelakan. Seolah meng-amin-kan syair lagu Slank.
Di malam yang
dingin, dan gelap sepi, benaku melayang pada kisah kita.
Terlalu manis, untuk
di lupakan, kenangan yang indah bersamamu,….
Ah,
masa muda emang selalu ngeri-ngeri sedap untuk di ingat. Masa yang penuh dinamika, romantika,
dan statistika,…
---------------0000----------
Pinus
Soputan mungkin hanyalah sebuah tempat tanpa makna bagi banyak orang. Tempat berjuta butir embun menyatu, meregang,
dan memendar bersamaan. Tempat dimana
elegi dan euphoria mengalun dalam simphoni alam. Tempat di mana jemari Yang Maha Kuasa terasa
begitu dekat digenggam. Tempat yang
mungkin suatu saat kelak hanya bisa dilihat di album-album foto medsos. Tempat yang kini merana karena muntahan perut
Soputan. Tapi pinus Soputan, tetaplah
pinus Soputan. Sebuah noktah kecil di
bawah mentari yang akan selalu menempati satu sudut di hati gue. Hati seorang bekas petualang tua yang tak
pernah henti terpesona pada aura eksotis dan mistisnya.
Di
tempat itu juga, banyak pemegang slayer MPA Z meneteskan peluh dan airmata.
Pengetahuan, Keberanian, & Kebersamaan