Jumat, 22 Januari 2016

Ponderosa



Waktu gue masih anak-anak,-sekitar taon 1973-1975, ada salah satu serial cowboy yang di tayangin satu-satunya TV Indonesia :TVRI.  Judulnya The Big Valley.  Dan berhubung waktu itu belom punya pilihan tontonan lain, jadi suka ngga suka, biar masih anak-anak, kita ‘terpaksa’ nonton.


Kenapa terpaksa ? Karena typical film Barat yang bisa dibilang hampir mustahil tanpa adegan ‘kissing’ alias ciuman (ya bibir dong, masa lobang idung,..hehe), bikin gue yang masih kecil ditabukan nonton cium-ciuman.  Hehehe,..bokap gue bakal duduk bareng sambil megang remote, dan langsung me-move on-kan adegan ‘begituan’
 
(Berhubung sekarang gue udah tua, kalo pas nonton bareng bokap, gantian guenya yang mindahin saluran TV, buat nyari yang lebih ‘hot’ dari sekedar ciuman,…wkwkwk)

Dari banyak adegan film tersebut, ada satu scene yang paling gue doyan liat dan inget-inget, yakni pemandangan perbukitan yang penuh hutan pinus.  Wuihh, keren tenan coy.  Dan sampai masa tertentu, gue meyakini kalo pinus itu bahasa Inggrisnya adalah Ponderosa.  Tapi kelak gue tahu kalau Ponderosa adalah nama pinus: Pinus Ponderosa.

----------------0000---------------

Waktupun berjalan, dan gue tumbuh besar dan lebar, serta melupakan Ponderosa di film The Big Valley, hingga gue sadar, kalo gue pernah begitu menyukai pemandangan hutan Pinus tersebut, sampai gue ditemukan hutan Pinus Soputan di taon 1989.  Dejavu ? Ah, gue ngga ngarti begituan.  Yang gue ngarti, dan ngga bakal gue lupain seumur hidup, adalah rangkaian episode yang pernah bergemuruh, bergejolak, dan menggelegakan hormone-hormon maskulin di sendi-sendi tubuh gue.   Berjuta kisah manis pernah kuncup di sana,-di bawah rerimbunan dan guguran daun Pinus Soputan.


Di taon 89’an, hutan pinus Soputan belom serame sekarang.  Ayam and babi hutan masih sering keliatan kelayapan bareng anak-anaknya.  Dan dulu, kita belom ‘tersentuh’ hp, apalagi gadget.  Malahan, kalo kebetulan yang mendaki laki semua, ada beberapa ekor yang cuek kesana kemari cuma pake celana dalem yang side A & Side B. widiiihhh,….au ah.

Mungkin ngga terlalu berlebihan kalo pinus Soputan juga salah ‘satu organ’ dari rahim kelahiran MPA Zoox,’ karena ngga sedikit ide dan aktifitas awal beruaya dari sana.  Di antara rongga-rongga mistisnya.


Dalam dekap dan alunan dawai dedaunannya, pinus Soputan bukan cuma menyimpan berjuta keanggunan nan seksi, tapi juga kisah sedih, gembira, apalagi cinta.  Pinus Soputan juga perpustakaan tanpa buku yang mencatat pergulatan batin mahluk-mahluk rapuh bernama manusia, dengan PenciptaNya.

Di pinus Soputan, gue bareng beberapa temen kerap ‘sepakat’ tanpa kesepakatan tentang banyak hal.  Entah lagu fave, wanita idola, ato mata kuliah penyebab gangguan pencernaan & radang dompet.


Di kesenyapan pinus dulu, kita kerap ‘sepakat’ tanpa kesepakatan untuk sama-sama nyanyiin lagu ‘Biarkanlah’-nya Anang, ‘Maafkan & Terlalu Manis’-nya Slank, ‘Antara Aku, Kau dan Bekas Pacarmu’-nya Iwan Fals, ‘Right Here Waiting’-nya Richard Marx, and ‘Tak Bisa Ke Lain Hati & Tentang Kita’-nya Kla Project. Hehehe, piye toh iki, koq udah mirip daftar lagu di Gudanglagu.com….

Mungkin juga itu salah satu keuntungan belum maraknya MP3.  Karena kalo sekarang, pastinya udah ngga heran liat pendaki yang jalan sambil geleng-geleng dan manggut-manggutin kepala (padahal yang di puter music klasiknya Bethoven).

-----------0000----------

Believe or not, pinus Soputan seolah mengalirkan energy mistis yang sulit di tepis, manakala dua mahluk beda kutub menyatu, dan bercengkrama di bawah pesonanya.  Geliat hormon mengkristal seirama desah dedaunan dan belaian lembut rembulan.  Perlahan, jemari saling menggenggam, tubuh mendekap dalam diam dan kehangatan, hingga akhirnya, berakhir dalam pagutan-pagutan lembut yang sulit terelakan.  Seolah meng-amin-kan syair lagu Slank.

Di malam yang dingin, dan gelap sepi, benaku melayang pada kisah kita. 
Terlalu manis, untuk di lupakan, kenangan yang indah bersamamu,….

Ah, masa muda emang selalu ngeri-ngeri sedap untuk di ingat.  Masa yang penuh dinamika, romantika, dan statistika,…

---------------0000----------

Pinus Soputan mungkin hanyalah sebuah tempat tanpa makna bagi banyak orang.  Tempat berjuta butir embun menyatu, meregang, dan memendar bersamaan.  Tempat dimana elegi dan euphoria mengalun dalam simphoni alam.  Tempat di mana jemari Yang Maha Kuasa terasa begitu dekat digenggam.  Tempat yang mungkin suatu saat kelak hanya bisa dilihat di album-album foto medsos.  Tempat yang kini merana karena muntahan perut Soputan.  Tapi pinus Soputan, tetaplah pinus Soputan.  Sebuah noktah kecil di bawah mentari yang akan selalu menempati satu sudut di hati gue.  Hati seorang bekas petualang tua yang tak pernah henti terpesona pada aura eksotis dan mistisnya.

Di tempat itu juga, banyak pemegang slayer MPA Z meneteskan peluh dan airmata.


Pengetahuan, Keberanian, & Kebersamaan